8 November 2011

PADA SEBUAH CERMIN KUSAM

aku bertanya tentang buih, tentang deru jiwaku,
tentang senja yang pilu, yang terbingkai jendela rumahku.
      aku melukis wajahku dalam sketsa yang hitam dan putih,
      aku melukis wajahku yang tak pernah kukenali.
      apakah ini yang bernama perih?
      apakah ini rasa yang tak pernah terberkati?


non est lumen cordis intrinsecus,
      dimitte me, o Deus, mihi benedictionem!

andai jawaban itu tak pernah ada, sungguh aku tak akan pernah meminta.
hanya pada ruang yang tak memiliki nama, semerbak harum sejuta bunga.
      enam sudut kamar, enam ranjang berdebu, enam wajah hitam,
      seorang pendosa yang berdoa.
      itukah aku yang diam menatap sebuah cermin kusam?
      yang tak memantulkan apapun selain duka lara.


est alius locus ad me? nunc mihi est?
      aliquid restat?
  
kutemukan jawabannya,dalam serpih-serpih cermin,
: tak ada, tak pernah ada. 



Solo, April - November 2011

4 November 2011

38:76

dalam mangkuk dan sabdamu
selalu menggeliat seekor ular kuno
berbicara dan memberimu nama baru
: api abadi

21082011

APAKAH AKU?

apakah aku adalah suara-suara
yang terekam di kepalamu?
bahkan mungkin aku tak pernah ada
bahkan mungkin aku tak pernah terlahir
dari rahim siapapun

tapi sejak engkau mengigau
bercerita pada kaca kusam di sudut kamar
tentang iblis yang akan menyalibmu,
kau tak pernah lagi percaya
kau tak pernah lagi berdoa

apakah aku adalah bayang-bayang
yang menghantui setiap malammu?
bahkan mungkin aku tak akan pernah
dibaptis dengan nama apapun
bahkan mungkin aku hanyalah nama
yang ditorehkan cahaya lilin menorah

apakah aku adalah akhir
dari nafasmu?


04102011

1 November 2011

PUISI, PERENUNGAN DAN PENGALAMAN SPIRITUAL

Menulis puisi bukan hanya sekedar menata kalimat-kalimat indah di atas kertas. Lebih dari itu, menulis puisi adalah gambaran perasaan dan pengalaman dari penulisnya. Bagi saya pribadi, proses mentransfer ide, imajinasi dan pengalaman kedalam bentuk bait-bait kata yang saya sebut puisi, tidaklah mudah. Terkadang saya harus melalui banyak hal untuk meresapi, menghayati dan merenung lebih atas semua yang saya alami, untuk menciptakan sebuah puisi seperti yang saya inginkan.

RUANG TUNGGU

apakah namaku tertera
dalam agenda takdir dan karma?
apakah aku musti percaya
andai engkau berkata
"tenang saja, jawaban untukmu selalu ada"?

aku menunggu hingga gelap larut di halaman depan
aku meresah,
takut jika pagi hari tak akan pernah lagi tiba
terpaku abadi menanti ketiadaan
menanti sebuah jawaban yang selalu saja diam

aku meresah,
takut jika kau tak akan pernah datang
memanggil namaku untuk masuk lebih dalam
membiarkanku duduk termangu
di ruang tunggu
yang hampa udara

aku meresah,
menanti waktuku dengan gelisah


01112011

26 Oktober 2011

SEORANG BUTA YANG MEMBICARAKAN WARNA

dia mengisahkan pada kami
tuhan tak terlihat di antara gelap yang abadi
namun dalam jarak antara do'a dan dosa
hampa udara
ada warna-warna
yang demi apapun,
tak akan pernah bisa kita mengerti

warna-warna yang perlahan
menyusun kota-kota
menggariskan senja
memberi nafas
bagi yang telah tiada
tapi akankah kita percaya
atau kitakah yang terlalu buta?
kami tak mampu menjawabnya

dia terus berbicara
kami terus mencoba percaya


12 Juni - 26 Oktober

25 Oktober 2011

JALAN MALAM BEGITU SEPI

aku melukiskan mimpi-mimpi abadiku
di jalan sepi
ketika ribuan pasang mata mengatup
ketika jutaan jiwa meredup
karena di bawah langit malam
selalu ada pengampunan
selalu ada pemberkatan

karena di jalan malam begitu sepi
aku adalah pagi


251011

PERJALANAN

bagi hati yang telah mati
tujuan dan jawaban
bukanlah akhir dari segala sepi


251011

DIANTARA SEJUTA CAHAYA

aku mencari arah
diantara sejuta cahaya
warna-warna usang peradaban
dan sekilat lensa merekam detak-detak yang berdebu
dalam frame yang begitu bilur

waktu telah berhenti
sejak tuhan menciptakannya pertama kali
apa yang aku lihat
apa yang kau lihat
adalah halusinasi warna-warna
membaptis nuranimu
dalam perjanjian abadi
diantara sejuta cahaya

kita tertidur,
bermimpi,
abadi


251011

BILUR

pada suatu masa yang terlalu tua
untuk kita ingat,
sebuah kisah telah tertulis dan tak seorangpun mengetahui
bagaimana kita membingkainya
dengan indah
dengan anggun

lalu kita pecahkan agar kita
tahu bagaimana rasanya
menatap wajah kita sendiri
menjadi keping yang memantulkan
sembilu yang begitu bilur


251011

25 Agustus 2011

MAGDALENA III

aku mengakhirinya
ketika suatu malam di waktu yang begitu bilur
kau tak hadir lagi
kau membekukan jari-jari imajinasiku
untuk kembali menjelmakan namamu
dalam ribuan warna-warna
dan jutaan doa - doa

tibalah sudah pagi yang begitu nyata
aku tersadar
kau memang tak pernah ada

25082011

MAGDALENA II

kembali mengenangmu
tak ubahnya membiarkan warna senja yang tersisa
di hatiku menjadi hitam

kembali menasbihkan namamu
kembali merekonstruksi warna matamu
dalam tabir ilusi dan ketidaktahuan
kaukah itu?
yang begitu anggun di balik do'a - do'a ku
kaukah itu?
yang berpendar di antara cucuran air mataku

aku tak pernah mengenalmu
tapi aku selalu bisa menerjemahkan sorot matamu
dalam bahasa yang tak dikenal siapapun
dalam setiap mimpi terburukku


25082011

24 Juli 2011

MAGDALENA I

adakah kau yang mengetuk pintu kamar kumalku
malam ini?
itukah langkahmu yang menjejak gang becek
depan rumahku?
sungguhpun aku mencoba percaya
kelam malam hanya menghunjamkan ilusi ke arah
dadaku berkali-kali

aku mengenalmu dengan baik
dalam spektrum warna-warna kelam

tapi kaukah itu?
apakah kini matamu sepucat judas yang tersadar
telah mengkhianati seorang yang salah?
kutanyakan semua keabsurdan tentangmu
kepada kehampaan yang tersketsa dalam
hitam dan putih

aku mengartikan kefanaanmu
dalam kombinasi angka-angka yang agung

biarkanlah sejenak saja aku menyentuhmu
andai saja kau ada di depanku
namun kau hanya menyambangi halusinasiku
yang telah sekian lama menjelma beku
dan kau berlalu
seketika saja
malam runtuh menimpa sunyiku

aku mengenang sajakmu
dalam aroma dupa yang tak berkesudahan 




09072011



INI PIALA DARAHKU

ini piala darahku
menggumpal di dalam laju nadimu
ini mahkota nanahku
membusuk bersama air matamu
dan tak hentinya kau menutup mata
menundukkan kepala seakan berdoa
menghayati ketakutan yang maha

tak ada yang menjawabmu
kecuali aku


01.55

23 Juni 2011

MY 21 GUNS.

Yap, tepat tengah malam ini saya genap berumur 21 tahun. 21 tahun...wow, kedengaran mengkhawatirkan. Kesan pertama yang masuk di otak saya adalah, "saya sudah setua ini???"...hehehe. But likes they said, life goes on...time has to do its duty. Dan saya harus mengikuti rules of this game. Mengikuti laju waktu. Menjadi tua..semakin tua.

NEKROFILIA

aku mengendus tubuh membiru
menikmati setiap jengkal hasrat yang merasuk
menggetarkan birahi

aku menyukainya karena dia tak banyak bicara
dan bahkan tak pernah menghantamku dengan sebuah
penolakan yang pahit
yang selalu merobek hatiku
dia hanya diam ketika ku cumbu
dia hanya membisu
membiarkanku berlari liar
menuju puncak gairah
yang begitu kelabu

aku mencintainya
aku mencintai jasadnya



240690

18 Juni 2011

BERDARAHLAH UNTUK MENGERTI

setiap kali kau bertanya alasan mengapa
setiap kali pula kututup telinga
aku terlalu ringkih untuk mendengarkan
sesuatu yang hanya akan menebas
apa yang aku percaya

sekejap saja tataplah kedalam mataku
temukan sesuatu dibalik perih sembilu
ini tak pernah adil untukku
menatap rupa yang terkungkung ketakpercayaan
berjalan dalam hidup yang tertinggal
aku asing dan sendirian

untuk apa kedua tangan yang berlumur darah
untuk apa hati ini mematikan setiap rasa
ini tak pernah mudah untukku
menghabisi setiap aral yang menghadangku
mendobrak batas yang mengurungku
dan terkadang aku merasakan basah pipiku
untuk setiap luka yang ku jelmakan

setiap kali kau bertanya alasan mengapa
aku menatapmu redup dan berlalu
ucapku melayang ke udara malam
:berdarahlah untuk mengerti


Solo, 180611

14 Juni 2011

MELAWAN ANGIN

melawan angin
kubiarkan ringkih ini tertebas dingin
menyaksikan ribuan nafas terakhir
terbang menuju langit malam tanpa bintang

menyaksikan bajingan pemabuk menangis
dan air matanya menetes di jalanan kota tak bernama
lalu membeku

menyaksikan sang pahlawan
menjelma menjadi anjing yang menguasai
hati-hati yang tak berpenghuni

menyaksikan diriku
perlahan berpendar
lalu menjadi debu
tertiup angin menuju kealpaan
maha dalam



2011

6 Juni 2011

SEGITIGA

kau melemparkanku di satu sudut segitiga
mengasingkanku dalam sepi
diantara tuhan, setan dan diriku sendiri
sedangkan kau membeku di tengahnya
menjadi sebuah mata
yang menguasai segalanya


2008

GELAP

Botol martini pecah kembali malam ini. Lagi-lagi aku tertidur tanpa mimpi. Lelah berfikir bagaimana esok harus menutupi ketelanjanganku penuh borok.

Dan hari bergulir tanpa sahabat-sahabat tercinta. Terlalu sering bersendau gurau dan bermimpi. Terbahak memecah malam sambil mabuk minuman murah. Mengangkat gelas untuk malaikat yang marah. Tapi sayang kini...kepergian dan pengkhianatan menjelmakanku sendirian.

Aku kehilangan mata, aku kehilangan rasa dan susunan mimpi di dadaku tak lagi berwarna. Gelap dan bintang saling bertautan, seperti berkecupan...lalu padam.

Bibirku kering dan waktu sang pengkhianat menyudutkanku di kolong keterasingan. Tak pernah ku tahu yang terburukku selalu sembunyi.

Sedangkan...tak ada lagi tempatku untuk berlari.


Jogjakarta, 2008.

DI SUATU PAGI

pagi datang terlalu cepat
aku terlambat
kau terlanjur berpendar
perlahan
lalu hilang


2011

LAZARUS

dalam sunyi dan sembilu
nada di jantungku kembali menemukan
irama yang kudus
terimakasih tuhan,
tapi aku berfikir ini tidak lebih baik
dari kematian
karena aku bangkit sebagai sosok yang berbeda
tak ubahnya berhala
nadiku berdenyut kembali
namun bau anyir dalam jiwaku
tak mungkin diingkari
abadi

aku benci mahkota yang Kau sematkan
takdirku sebagai pengkhianat kefanaan


Solo, 3.42

4 Juni 2011

MALAM BERGOLAK

malam bergolak
aku menatap langit memucat
menjelma sembilu

kuhentikan laju waktu
melangkah diantara ruang yang membeku
sadarkah aku
jantungku membiru
berdetak hampa menciptakan nada pilu
maha pilu

malam bergolak
menghunuskan besi tajam
kepada setiap jiwa yang tak bertuan
nada di jantungku terhenti
terima kasih,
pertunjukan telah diakhiri


Solo, 2.37

3 Juni 2011

SI BOB TUA

si bob tua
terlalu lama tenggelam dalam larutan vodka
pulang sempoyongan menuju rumahnya
di gang becek yang sempit dan tua
terkapar di sudut gelap
sambil meneriakkan sumpah serapahnya
kepada dunia

si bob tua
pengacau dan tukang mabuk
tapi kau tak akan pernah tahu
bagaimana istrinya mencampakkannya
bagaimana dunia berkali mengkhianatinya
bagaimana dia menghadapi luka terburuknya
sendirian saja

si bob tua
akhirnya mati malam itu
menusuk dirinya sendiri dengan belati berkarat
tak ada seorangpun akan mengingatnya
tak ada satupun akan mengenangnya

si bob tua
tak pernah menemukan jawaban
atas pertanyaan yang dia cari selama ini
:apakah beberapa orang lahir untuk selalu kalah?


Gang Surya 1, Juni 2011

SEBUAH SILUET SENJA

sebuah siluet senja
terbingkai di tembok usang
di suatu ruang yang tak pernah terjamah
dan tak kau kenali
di suatu waktu yang tak berdetak
dan tak pernah kau jalani

suatu saat aku akan mati di sana
sendirian


2011

GANG TUA, KESEPIAN DAN AKU

diantara tembok-tembok tua ini
aku tulis kembali keterasinganku
di hamparan masa lalu
yang begitu usang

nafasku tersengal
setiap kali kututup mata
ada bayangku
yang sibuk mencumbu kesepianku
di saat ruang dan waktu berkonspirasi
mengkhianatiku

di bawah lampu gang yang terus meredup
kutundukkan kepala
alkohol laknat tercium di udara
entah berapa lama aku menyembunyikan airmata
dibalik dendam dan kebencian
begitu membara

di jalan sempit tak bernama ini
aku menyadari
satu-satunya tempat untukku menuntut balas
: adalah di diriku sendiri



Solo, 2011

ODE UNTUK NADIRANI

setiap kali malam runtuh
kau selalu mendekapku dan menceritakan
bahwa semuanya akan berakhir bahagia
dan apa yang telah kita jalani selama ini
adalah sebuah penebusan untuk noda hitam
yang melekat kuat di dalam hati kita

setiap kali aku memandangi wajahku
di depan cermin kusam ini
kau buru-buru berlari dan memecahkannya
lalu memelukku erat
sedangkan serpihannya memantulkan wajah-wajah asing
yang tak pernah kukenali

aku begitu takut
kau akan berubah menjadi figur asing yang tak kukenali
aku begitu resah
kau berhenti mencintai hatiku
yang dingin dan tak lagi mampu merasakan apapun

dan setiap kali aku berdoa
kau menghilang entah kemana



juni, 2011

4 Januari 2011

BAGI SEBAGIAN

bagi sebagian jiwa
tak pernah ada tempat untuk pulang
tak ada jalan kembali seterang yang lain

bagi sebagian harapan
matahari telah redup jauh lebih awal
dan tak pernah bersinar lagi

bagi sebagian luka
tak ada suatu pengorbanan pun
yang mampu genap melunasi kepedihan

bagi sebagian perasaan
tempat mengadu hanyalah sebuah batu tak bernama
tanpa pengakuan dan tak ada tuan
tak satu katapun jawaban



Solo, 03.07

MALAM DI SUATU JALAN

dalam malam
ada dendam dan kesumat kebencian
dibawah lampu kota yang berpendar
dingin melahirkan sajak-sajak muram
tentang hati yang patah,
air mata,
dan keterasingan


Solo, 02.20