29 April 2015

SUATU HARI DIMANA BUKAN HARI ULANG TAHUNKU

apa yang aku genggam sekarang
setelah tapak terjauh dari asal
setelah hati sungguh kering
bagai angin kumbang musim kemarau

lihatlah lagi rasa bahagia
tersemat jimatjimat rusak
dengan daun coklat berjatuhan
dengan bunga desember masih bermekaran

tak ubahnya hari bukanlah hanya hari
namun makna adalah yang dicari
akankah alam raya bertindak
layaknya peternak agar aku jinak

lihatlah lagi rasa bahagia
yang lampau
yang sekarang
yang mungkin datang

rasa-rasa itu mungkin penentu
kemudian aku menyadari
tidak seharusnya jejakjejak diriku
bertaburan seperti ini.



AyundaSasmi.

16 April 2015

TENTANG MALAM

iblis-iblis merangkak dari kolong pekat
rumah para pecun dan pemadat
lalu kau melangkah di sana
dalam gamang
dalam remang
meraba-raba jalan pulang
menuju istrimu
yang menggelinjang haus akan cumbu

tapi akankah kau selamat dari malam ini?
sedang doa-doa pelindungmu membeku di udara
rasakan!
rasakan!
dalam sepi nan kelam
terendus tengik kebejatan
tercium hawa pembunuhan
berhala-berhala genap dibangkitkan

aku ingin pulang, aku ingin pulang!

ibamu memuakkan
apa yang membuatmu takut?
malam tak akan pernah berbohong
karena kami mencatat ayat-ayat kotor tentangmu
kami tahu siapa dirimu
kami akan menyantap dosa-dosamu

13 April 2015

KOTA MIMPI

kota ini selalu berdebu
berdebu sepanjang musim
berdebu di setiap jengkal kaki dan tangan
pun berdebu di baju-baju baru
namun mereka menikmatinya
dengan mimpi yang bertebaran
di ruas-ruas jalan
yang tak berjarak dan semarak
dan yang pada musim pertama tetap sama
mereka berjalan dengan debu semakin menebal
seseorang mendengus dan bergumam
"Binatang itu bermimpi!"
katanya mewakili mereka.


AyundaSasmi.

7 April 2015

JURAI

denting melayang di tiga kali rembulan
mengais dan dikais dari jurai kelam kemarinkemarin
lalu terkais habis menuju subuh
subuh yang terlupakan

ada bius tak kentara di udara
meniupkan serangkaian nasib malang
dan dia bilang ini lelap yang berbeda dari biasanya
lelap yang mencongkelmu dari kejutan lolong malam
dan manusia berhamburan layaknya semut terkena arang

sialan!

dia melihat mereka seperti kilat barat
menuju undak-undakan hitam
dan bergantian dari bayang ke bayang
dan bergantian di setiap kelokan
seperti itu para nujum bilang

sementara dia menukar tangan dengan ksatria
menyerahkan mandat yang masih gelap tersendat
dia akan menuju timur
tempatnya biasa mendengkur
dengan gumpalan dalam hati
yang tumbuh membengkak

nasib memang setan!
sialan!
memberi jeda singkat
ini tragedi berundak.



AyundaSasmi.