1 November 2011

PUISI, PERENUNGAN DAN PENGALAMAN SPIRITUAL

Menulis puisi bukan hanya sekedar menata kalimat-kalimat indah di atas kertas. Lebih dari itu, menulis puisi adalah gambaran perasaan dan pengalaman dari penulisnya. Bagi saya pribadi, proses mentransfer ide, imajinasi dan pengalaman kedalam bentuk bait-bait kata yang saya sebut puisi, tidaklah mudah. Terkadang saya harus melalui banyak hal untuk meresapi, menghayati dan merenung lebih atas semua yang saya alami, untuk menciptakan sebuah puisi seperti yang saya inginkan.



Dari situ, ada hal yang akhirnya saya mengerti. Puisi tidak selamanya harus dimengerti pembaca. Atau paling tidak, orang lain yang membaca sebuah puisi akan menemukan makna atau arti dari karya tersebut, setelah menjalani perenungan yang sama dalamnya dengan perenungan yang dijalani si penciptanya. Seperti trilogi puisi saya yang berjudul Magdalena yang saya tulis pada Juli dan Agustus tahun ini. Saya menjalani proses yang cukup panjang untuk 'menjelmakan' perasaan saya yang abstrak kedalam sosok Magdalena. Bahkan saat proses penulisan Magdalena I, saya membiarkan sosok Magdalena, yang merupakan pemfiguran dari sosok yang absurd yang hidup di salah satu ruang imajinasi saya, untuk merasuki hidup saya setiap malam. Ketika tangan saya mengetik kata demi kata untuk menggambarkan Magdalena, saya seakan didikte oleh 'sesuatu yang lain' yang ada di samping saya...di sisi lain dari imaji saya.

Ini bukanlah suatu hal yang berlebihan. Setiap puitis pasti pernah mengalami trance, dimana sosok atau tema yang akan dia tulis, 'merasuki' diri mereka. Saya yakin, siapapun yang membaca trilogi Magdalena, pasti akan bertanya, siapa sebenarnya dia?sejujurnya, saya sendiri tidak punya jawaban. Beberapa teman juga menanyakan hal yang sama dan selalu saya jawab, "bagi saya, Magdalena adalah misteri dan tidak perlu sebuah jawaban untuk mengenalnya."

Saat ini, saya sedang menyiapkan diri untuk menulis trilogi puisi saya berikutnya. Kali ini menarik, karena ini adalah tentang pengalaman spiritual saya. Di trilogi yang akan saya tulis ini, saya masih akan mencoba menjelmakannya sebagai sesosok gadis bernama Kadita. Bagi saya, menuliskan pengalaman spiritual dalam bentuk puisi adalah sesuatu yang menarik, mengingat saya belum pernah melakukannya sebelumnya. Dan juga, saya tidak mau terburu-buru dalam proses penulisannya. Saya ingin merenungi dan menghayati semuanya secara lebih mendalam. Karena bagi saya, dan mungkin bagi siapapun, pengalaman spiritual adalah suatu hal yang terlalu berharga untuk diceritakan secara tergesa-gesa. Saya ingin menulisnya dengan anggun, mistikal dan dalam. Saya ingin Kadita tercipta dengan sempurna. Tertulis dengan penuh penghormatan.


1 November 2011

Ron Vlad

Tidak ada komentar: