14 Desember 2014

KADITA

gadis kecil dengan mata sepi
menenteng nyala hitam api dendam
melangkahi bayangnya
meludahi rasa yang selalu dia ingkari

dengan tangisnya yang terlalu sunyi
dia mensejajarkan utara dan selatan
di garis tangannya yang memotong cinta dan benci
hina dan suci
awal dan tepi
dan dia tak peduli

meski dia tahu akan terus dikhianati
dicerca nabi-nabi
karena dia mencumbui matahari
dan membiarkan cahayanya
mememarkan sudut matanya

lihatlah dia,
melangkah dengan menenteng nyala hitam api dendam
berkeliling kota membawakan kabar baik
bagi para bajingan dan para pelacur hina
bagi para pemuja malam dan pencipta luka
bagimu, yang bertakdir terbakar doa

lihatlah dia,
mentertawakanmu yang bersuka ria
lalu menangisimu yang bermuram durja
lalu mencintaimu yang mati,
sebelum pagi tiba

namanya tidak tertulis dalam ayat-ayat tuhan
tapi kisahnya terus diderukan
oleh ombak di tujuh lautan
apakah kau tidak mendengar?
ketika dia membutakan mata sang raja
ketika dia menghancurkan keikhlasan si sudra
ketika dia merobohkan keteguhan sang pertapa
ketika dia mematri senja
di hati para pendosa

o,
gadis kecil yang berkelana
di setiap hati yang legam
tlah usai dia larungkan seluruh takdirnya
di tepian pantai berpasir hitam
dan di penghujung jalan panjangnya
dia mendesah,
dia meresah,
dia takut mengakhiri kisahnya
tanpa pernah tahu siapa namanya
tanpa pernah bisa mengenali
bagaimana raut wajahnya


25 November 2013

22 Oktober 2014

JATUH DI LUBANG YANG SAMA, DI BAWAHNYA SUNGAI YANG SAMA

Selama saya hidup, saya sudah melihat banyak sekali orang yang pada akhirnya jatuh dan kalah. Beberapa bisa bangkit kembali, sebagian lainnya tak pernah lagi bisa menjadi orang yang sama seperti sebelumnya.

21 Oktober 2014

MENJELANG PAGI DI 21 OKTOBER

Rasanya lama sekali saya tidak memposting sebuah tulisan di blog ini. Postingan terakhir saya adalah sebuah review novel -sebuah tulisan yang saya paksakan masuk di Street Poems hanya agar blog ini tak terlalu sepi-, dan itupun merupakan tulisan lama yang saya temukan di folder lama di laptop saya.

Ya. Akhir-akhir ini saya merasa benar-benar lelah. Bukan lelah secara fisik, tapi lebih ke batin. Bahkan sempat terpikir untuk berhenti menulis apapun. Baik di Street Poems maupun di media lain. Tapi toh, pada akhirnya saya menulis juga. Saya kembali menghabiskan tengah malam saya dengan duduk di depan laptop dan menulis. Pada akhirnya saya kembali merindukan blog ini. 

5 Oktober 2014

Review: METROPOLIS

Pertama kali saya menemukan novel Metropolis ini, adalah ketika pada sebuah sore saya berjalan-jalan di sebuah toko buku terkenal tanpa tahu apa yang harus saya beli. Buku setebal 350 halaman ini tergeletak di salah satu rak dan dengan random sayapun mengambilnya. Sekejap membaca sinopsis yang ditulis di cover belakang, saya lalu menentengnya ke kasir, membayarnya dan membawanya pulang ke rumah.

Metropolis dimulai dengan suasana pemakaman seorang tokoh dunia hitam legendaris bernama Leo Saada. Di pemakaman yang dihadiri beberapa orang itu, ada tokoh Bram -seorang polisi muda cerdas-, Ferry Saada, sang pewaris kerajaan kriminal keluarga Saada sekaligus anak dari Leo yang ambisius, dan seorang wanita asing yang berada diantara pelayat. 

13 Agustus 2014

TENTANG APA YANG TAK SANGGUP KUKATAKAN KEPADAMU

jauh sebelum kita memulainya
aku telah genap mengetahui
bahwa semua ini akan berakhir siasia

dan jika ada yang harus disesali
aku tak pernah bisa membekukan waktu
agar senja tak pernah tiba
lalu memisahkan kita begitu saja

dan jika ada yang harus kutangisi
aku tak pernah bisa menebas ruang
yang menjarakkan kita dalam asingnya sebuah basabasi

lalu,
jika pada baris terakhir harus ada yang terluka
maka biarlah sayang,
biarlah aku saja yang menyambut rajamnya

26 Juli 2014

DI SEBERANG CERMIN

apakah kita berdua,
pernah bersua sebelumnya?

setidaknya pada satu waktu yang lain
aku pernah sekali saja merindukanmu
tapi rasanya tak pernah,
aku bahkan tak mengenali lengkung senyum yang indah itu

namun keterlaluan juga,
kau terlalu rumit untuk dilalukan begitu saja
atau mungkin aku akan merasa berdosa
andai dirimu tak sedikitpun kuberi sapa

apakah kita berdua,
pernah memulai dari rahim yang sama?

 

3 Juni 2014

DINI HARI BERGERAKGERIK

ditulis oleh Fiore

pencengkeram sunyi-sunyi
merebak mata sang maya-maya
menikmati pagi di malam hari
dengung-dengung sejengkal jalan
arak-arakan menjauhkan jalang
lalu malam menetap untuk semalam

pergi!
empat serigala datang kemari
serigala-serigala jantan tanggung
dengan jerit menggantung
dengan cakar menganga lebar
berkeliling dan berhenti
mengamati dan bercemeti
meninggalkan bercak bercipatran
tubuh-tubuh bergerak bergetar
bunyi-bunyi gerbang semakin menakutkan
menyisakan beringin dingin berdiri menemani

dan kami melihat besi tua berkarat
semerbak daging segar tercium menyengat
demi tuhan,
omong kosong!
karena binatang tak berupa binatang
karena hati hanya seonggok organ terbengkalai

tuhan,
duniamu sedang kacau
dan aku sedikit tercengang


(Tentang siapa Fiore dapat dibaca di sini)

7 Mei 2014

KERAMIK MERAH

ditulis oleh Fiore

negeri terjaga limbung
terkoyak tajam para seberang selatan
hijau tak lagi hijau
rimbun tergulung
yang berkaki terberit lari

pemegang bara mengangkat tangannya
bak ombak melawan ombak
jarak, jarak, dekat, sentuh
anyir,
pecah,
gores,
sayat,
nadi,
hembus.
lenyap hinggap
mengambil loreng si putih merah
mengambil darah trah-trah
hidup sang karapan
harumnya,
di rumahrumah, di jalan
hutan dan bahkan dalam kandungan

miliknya hanya miliknya
perebut mencabut yang tak mungkin dibiarkan lari dari akarnya
karena miliknya datang  bersama leluhur bermantra
karena miliknya datang bersama takdirtakdir 


(Tentang siapa Fiore dapat dibaca di sini)

15 April 2014

NoToNo NeGoRo

ditulis oleh fiore

puncak lingga nama
NoToNo
dan berisi yang jenaka
rangkaian tiga
tidak sampai tapak batasnya
jika To dan seterusnya No
jika No dan kemudian To
kapan jalan terulur rima Ro
NoToNo NeGoRo

(Tentang siapa Fiore dapat dibaca di sini)

15 Februari 2014

III

ditulis oleh fiore

Akulah derita
Akulah racun jiwa
Akulah duri yang membuka luka
Lalu, ditaruhlah aku di dalam hati

Akulah rumah penderitaan
Akulah sumber kesengsaraan
Akulah tangis yang membebani
Hidupnya menjadi kandas karena mimpi-mimpi buruk

Akulah sang penghancur
Akulah sang penebar duka
Akulah lara, pada sayat luka karena duriku
;Akulah derita


(tentang siapa Fiore dapat dibaca di sini)

4 Februari 2014

II

ditulis oleh fiore

Aku yakin kau selalu ingat,
bahwa kita pernah seperti balon-balon udara dengan warnanya yang membuat mata menyala indahnya.
Tapi ketika ungkap tersingkap segalanya seperti debu yang ditiupkan kelaut biru.
Apapun yang diucapkan akan sangat bisa merasuk ke hati walau jalannya hanya bisa dilewati ujung pensil runcing. Tapi ucapan hati tak selamanya bisa diucapkan walau dengan jalan lebar dan terang.

Ya, aku menginginkan bagaiman dia ada.
Bagaimana dia memanggilku tanpa memanggil yang lain begitu.
Sekarang aku takkan takut mencintai walau sampai membuatku pening.
Lalu akan kubiarkan setiap sakit hati yang ada, hingga akupun terbiasa karena terlalu seringnya ia mendekat padaku.
Hingga tak segan merasuk sepenuhnya pada setiap jarak yang tak terlihat ditubuh dan sukmaku.


(tentang siapa fiore dapat dibaca di sini)

31 Januari 2014

I

Ditulis oleh Fiore

Luapan keronta suatu senja
Bukan jingga dan kelam
Pekat,
menyayat bak tinta tumpah pada sekeping hati

Damai itu perih!
Derita malam bersentuhan lara
Daya tumbang tak terhingga
Menggilas bibir ranum senyum
Hilang lalu terbuang
Dan tak berbekas kenangan

Apa yang kuat dan terkuat bisa dilelehkan?
Upaya sang penghancur takkan pernah terkubur
Sebelum keping-keping
Butir demi butir
Abu berterbangan kemudian lenyap
Penghancur takkan mundur

Hinggap pada sehelai sayap rusak
Membebaninya dan menindas
Luapan keronta selalu ada
Luapan lara jingga senja.

(tentang siapa fiore, dapat dibaca di sini)

22 Januari 2014

PERKENALKAN; NAMANYA FIORE

Ada ungkapan yang mengatakan, bahwa sesuatu yang paling polos  terkadang mungkin malah memiliki kejujuran yang lebih indah dari apapun. Saya adalah salah satu yang mempercayai ungkapan tersebut. Dan saya mulai untuk percaya, ketika beberapa waktu lalu seorang sahabat mengirimkan beberapa puisinya (yang lebih suka dia sebut 'tulisan') kepada saya.

13 Januari 2014

SEEKOR BURUNG GAGAK

di sebuah pagi,
seekor burung gagak tergeletak mati
di tengah jalan

matanya memar dan nyaris terbakar
kami berkumpul mengelilingi jasadnya
membicarakan kematiannya
menerka-menerka
sambil terus mencari jawabannya

mungkin dia tersesat hingga pagi tiba
mungkin dia terlambat menghindari sang surya

mungkin pendar matahari melukai matanya
membutakannya
bisa saja, pikirku
karena kami tahu takdirnya
sebagai pembawa kabar maut yang dilahirkan oleh legam malam
karena kami mengenalnya
sebagai penyulam dukacita yang bernafas dalam kegelapan

seekor gagak selalu takut akan cahaya
seekor gagak selalu membenci sisi terang dunia
karena dia tahu,
jika dia digariskan sebagai pewarta kematian manusia
maka suatu hari mataharilah yang akan mewartakan kematiannya

kami masih berkumpul mengelilingi jasadnya
membicarakan kematiannya
menerka-nerka
tanpa pernah menemukan jawabannya

hingga satu-persatu dari kami melangkah pergi
meninggalkan jasad seekor burung gagak
yang tergeletak mati ditengah jalan
,di suatu pagi

4 Januari 2014

HITAM, SUNYI, MAHA

ini adalah romantika berwarna hitam
ketika kugores ujung jariku,
lalu dengan darahnya
kulukis lekuk bibirmu di kusamnya tembok penjara

ini adalah romantika paling sunyi
ketika kau masih menantiku di tepian hari,
walau kau sendiri tahu
bahwa aku tak akan pernah kembali

ini adalah romantika paling maha
tepat sebelum maut mengeksekusi nafasku,
aku menyadari bahwa kau mencintaiku
walau kau tak pernah tahu siapa namaku