8 Desember 2015

SAM, SALAM.

kemarin merebaklah bau tembakau
untuk sekali lagi saja katanya
di dekat perapian besi
dengan belahan jiwa duduk di sampingnya
tengoklah lagi rupanya
dengarkan lagi bahana celah rongganya
dia ingin disirami di sebelah timur
dari sumber air para tetangga
menjelang matahari memburam
ada kidung pembawa salam
salam kesedihan mendalam
yang langsung dibawa karena titah tuhan
yang dihantarkan saat terlelapnya
yang sampai ketika titisan darahnya belumlah datang
dan tanpa menuturkan petunjuk pada yang tersayang.







1 Desember 2015

LENTERA

dalam remangnya kita berdua
berkecupan liar
bercinta dengan lengang
sambil mendoakan mereka yang tak berdoa
sambil menangisi mereka yang tak pernah terluka
, hingga lentera perlahan padam
bayangbayang memudar
lalu mati

mati hingga waktu kita akan hidup kembali

30 Oktober 2015

LALU

lalu terbungkamlah kita
matahari melukai sudut matamu
gelap menyeret sukmaku
dan fabel tentang kita terukir di batu-batu
tergilas beratus lembar peradaban
tak pernah mampu untuk bertemu

prasasti tentang masa depan
yang kau ukir di masa lalu
lalu kudesiskan dalam gelombang nafsu
aku tak akan pernah percaya kau pernah
   mengelabuhi maut dengan rayuanmu
layaknya kau yang melaknatku sebagai pembual
   ketika aku bercerita bahwa halley pernah melintasi garis tanganku

lalu terbungkamlah kita
untuk kesekian kali

23 September 2015

KEPADA RAGA YANG MENDAPATKAN PENCAPAIAN

siapa yang tahu jika hatinya ternyata mirip astaka
dunia bisa menelusurinya
setiap mata bisa menjamahnya
dan aku hanya berlalu pilu
karena di telingaku tawanya masih bertalu-talu
dan korona di mimpiku bersemayam di bibirnya
petang itu pun aku bercanda bersama bara
mencoba peruntungan dengan wangi-wangi air
yang mengalir dari celah rangkanya
di sudut yang tak terduga aku menemukan canduku
malam di atas malam gurau kami beralun
menulikan apa saja yang kentara
tentu saja kami tak sadar
bahwa isyarat yang terikat pada kami akan diterjang badai
hari itu adalah pagi hari yang sunyi
gelak kami seperti melakoni semedi
hati semua orang dingin seperti malam di padang pasir
kami mengulur benang bening tenggat demi tenggat
dan pada kisah kami yang seperti kilat
kepada raga yang mendapatkan pencapaiannya
kepada raga yang kemarin membuatku jatuh cinta.




16 September 2015

DINDING-DINDING KESEPIAN

dalam derakderak matahari
dengan noda dan bercakbercak berwarna
bersama retak yang menganga
di hembusan lumut hijau tua
dia yang terikat selamanya

dinding-dinding sepanjang jalan itu bicara dan menangis
menunjuk teman yang mengkhianatinya
tanpaku apa jadimu! rutuknya
disibaklah pintu-pintu menuju hatinya
di sanalah tempat dia meletakkan temannya

teramat dalam bak goa-goa dunia
dinding-dinding itu memintaku
mencarikan untuknya temanteman baru
apa bisaku? jawab diriku saat itu
duduklah di sisiku jadilah lumut tua hijau itu.


AyundaSasmi.

26 Agustus 2015

LURUHNYA SI RAMA-RAMA

lalu disebarkan olehnya kupu-kupu
dengan warna merah muda yang semu
yang pudar karena kepaknya bergetar
saat kami sedang duduk diam
memandang lalu lalang jalan
mendengar dahandahan bergesekan

apa yang telah dijanjikan?
sebuah jamuan pergelaran?
atau suka ria hanya aksara di kemudian?
lalu disajikanlah keesokan hari
tangisan pada sarapan pagi
kupu-kupu jauh membawa diri.

30 Juli 2015

MERAYAKAN LARA

aku bosan kau paksa
halamanku terlebar jika kau terjengkang
pias sekali wajahmu macam banyak jenismu
kenapa kilat desisanmu itu, sayang?
bukan kamu!
bukan kamu!
tapakmu canda bakuku
tapi diriku bilang diriku merayu diriku
sayang.. tandukmu mendebumkanku
dan busurmu memang tenggelam dalam
apa itu sayangku?
belati?
cemeti?
atau gulali?
enyah sayang!
lekuk bibirmu kalah sudah
dan kismet kita telah menjauh pergi
hidupmu bukan untuk kembali
sayang.. aku tak sudi lagi

10 Juli 2015

PANCA KALA

panca kala bukanlah ujung tempat berteduh yang utuh
apa-apa yang berada di sana hanyalah singgah yang disinggahi
singgah yang mengisi tempo yang ingin lekas berlalu
singgah yang menyuguhkan bunga-bunga berisi

menyuguhkan manis yang manis
menyuguhkan pahit yang terpahit
menyuguhkan getir membekas di nadir
siksaan yang tak setara dengan sengsara

dan genap sudah pada jalan yang terungkap
di samping tempat duduknya
lalu di sinilah tahun berlalu
menyambut untuk disinggahi

di sela dongeng yang menjadikannya
rindu-rindu sebagai sembilu
pada kini yang dirancang untuk utuh
pada asing yang menyelubungi sangat teduh

hingga apa yang dimilikinya ada dan nyata
tapi mengapa nyeri selalu ingin kembali
meminta untuk bersanding diam-diam
meminta setiap hari tanpa tanda


tidak!

akan selalu tidak!

24 Juni 2015

24 JUNI, HAPPY BIRTHDAY TUAN!

suatu hari entah malam atau siang
ketika entah panas atau penghujan
di suatu tempat entah dimana
saat satu jiwa mulai tercengkeram dunia
menanti usia berlagak menjadi lana
adakah hari ini kau masih menanti
padahal kau adalah tanaman semak
tanpa ada yang menanam dan menyemai
muncul dan tumbuh sesuka hati entah untuk apa
apa yang ada dalam dirimu juga entah apa
tapi kau mencintai bunyi-bunyi sunyi
merangkainya dan menjadikannya damar
berterbangan bak percikan api yang disemburkan
kepada mereka yang ikut menikmati
bunyi-bunyi sunyi yang kau ciptakan
dan yang membekas diingatan
adalah mata tajam mirip milik aria
dalam,
kelam,
dingin,
seperti laut malam yang kau impikan
tapi camkan, ini sembunyi-sembunyi
dan camkan pula, ini bukan teka-teki


dari kami, Saya dan Street Poems.

17 Juni 2015

MIMPI DI AWAL KEMARAU

mimpi pertamaku di awal kemarau
tentang adam dan hawa yang bercinta di nebula berwarna hitam
dan iblis yang menyaru sebagai ular
menyemburkan tulah ke arah rembulan

sebab yakinku,
awal peradaban dimulai di sana
pada hari terakhir peradaban sebelumnya
tuhan hanya merekonstruksi takdir
dan memfirmankan kepada kita dengan nama yang baru

lalu bagi kita yang tahu apa yang tak perlu kita tahu
diciptakanlah lubang hitam pengasingan
terjebak bersama pengkhianat dan pembangkang
yang dulu pernah menempati surga bersama para perawan

dan terjagalah aku,
ketika musim hujan tiba lalu mengakhiri mimpiku
mimpi yang belum genap hingga ujung
mimpi yang diganjilkan oleh spektrum
hingga satu-satunya yang bisa kuingat adalah,
telah tiba waktunya untuk membaiat adam dan hawa yang baru

28 Mei 2015

ASPIRATNOCOST - D'ASPHIE

di permukaan jalanjalan gang
sisa hujan semalam tergenang
menguapkan lagi riuhriuh ricuh
tawa-tawa dan jerit kegembiraan menyebar
derit pintu-pintu tertutup
lekuk bayang pergi berbarengan
di loronglorong yang wangi
gelak terderai enggan menjauh pergi
di awal hari yang sama
di pagi hari yang sama
gadisgadis yang sama
di siang terik pintu kembali berderik
menghempaskan badan yang terasa terbakar
berkeringat namun seharum daun dilam
mengulang kembali lelucon hari ini
lalu malam mendekat untuk mengikat
dan di kemudian hari malam adalah pengingat
semua hal terjadi akan menjadi suluh
menjadi dila di kehidupan mendatang
di tempat yang sama
di rumah yang sama
gadisgadis yang sama.



7 Mei 2015

TUNAS TUA

pemuda bersama kelalaiannya
menggiring dirinya tersungkur
ke ceruk menjulur panjang lagi dalam
di seberang jalan sebuah gubuk lapuk
berisi ibu masa depan 
yang terjaga mendahului padang mayapada
wanita tua itu berpijar
di seluruh badannya menjalar kehidupan
seperti mayang pohon palem
yang dinaungi langit bermega
lalu sebuah ikatan menjalin mereka
tanpa sapa,
tanpa kata,
tanpa suara,
dunia berputar serupa gasing
dan mereka terus saja mendongeng
tentang kisah pemuda dan wanita tua
waktu melintas tergesa
pemuda itu bertanya
apa wanita tua itu pernah bahagia?
aku ingin merubah hidupnya.
tapi waktu tetap saja melintas tergesa
meninggalkan kenangan
berupa nasi rasa ketan
meninggalkan pemuda yang tak dikenal
yang dijadikannya anak lelaki hingga sekarang.



AyundaSasmi.

29 April 2015

SUATU HARI DIMANA BUKAN HARI ULANG TAHUNKU

apa yang aku genggam sekarang
setelah tapak terjauh dari asal
setelah hati sungguh kering
bagai angin kumbang musim kemarau

lihatlah lagi rasa bahagia
tersemat jimatjimat rusak
dengan daun coklat berjatuhan
dengan bunga desember masih bermekaran

tak ubahnya hari bukanlah hanya hari
namun makna adalah yang dicari
akankah alam raya bertindak
layaknya peternak agar aku jinak

lihatlah lagi rasa bahagia
yang lampau
yang sekarang
yang mungkin datang

rasa-rasa itu mungkin penentu
kemudian aku menyadari
tidak seharusnya jejakjejak diriku
bertaburan seperti ini.



AyundaSasmi.

16 April 2015

TENTANG MALAM

iblis-iblis merangkak dari kolong pekat
rumah para pecun dan pemadat
lalu kau melangkah di sana
dalam gamang
dalam remang
meraba-raba jalan pulang
menuju istrimu
yang menggelinjang haus akan cumbu

tapi akankah kau selamat dari malam ini?
sedang doa-doa pelindungmu membeku di udara
rasakan!
rasakan!
dalam sepi nan kelam
terendus tengik kebejatan
tercium hawa pembunuhan
berhala-berhala genap dibangkitkan

aku ingin pulang, aku ingin pulang!

ibamu memuakkan
apa yang membuatmu takut?
malam tak akan pernah berbohong
karena kami mencatat ayat-ayat kotor tentangmu
kami tahu siapa dirimu
kami akan menyantap dosa-dosamu

13 April 2015

KOTA MIMPI

kota ini selalu berdebu
berdebu sepanjang musim
berdebu di setiap jengkal kaki dan tangan
pun berdebu di baju-baju baru
namun mereka menikmatinya
dengan mimpi yang bertebaran
di ruas-ruas jalan
yang tak berjarak dan semarak
dan yang pada musim pertama tetap sama
mereka berjalan dengan debu semakin menebal
seseorang mendengus dan bergumam
"Binatang itu bermimpi!"
katanya mewakili mereka.


AyundaSasmi.

7 April 2015

JURAI

denting melayang di tiga kali rembulan
mengais dan dikais dari jurai kelam kemarinkemarin
lalu terkais habis menuju subuh
subuh yang terlupakan

ada bius tak kentara di udara
meniupkan serangkaian nasib malang
dan dia bilang ini lelap yang berbeda dari biasanya
lelap yang mencongkelmu dari kejutan lolong malam
dan manusia berhamburan layaknya semut terkena arang

sialan!

dia melihat mereka seperti kilat barat
menuju undak-undakan hitam
dan bergantian dari bayang ke bayang
dan bergantian di setiap kelokan
seperti itu para nujum bilang

sementara dia menukar tangan dengan ksatria
menyerahkan mandat yang masih gelap tersendat
dia akan menuju timur
tempatnya biasa mendengkur
dengan gumpalan dalam hati
yang tumbuh membengkak

nasib memang setan!
sialan!
memberi jeda singkat
ini tragedi berundak.



AyundaSasmi.

30 Maret 2015

SAPAAN PERTAMA

Siapa itu de Baron Martha? Dia hanya kakak kelas saya saat SMA. Bahkan saya yakin, jika saya lebih mengenal Street Poems daripada dia. Jujur saja sebenarnya saya tidak pandai berbasa-basi. Jadi, perkenankan saya dan Street Poems bisa berbagi tulisan bersama. Street Poems yang saya yakin telah memiliki jiwanya sendiri dan mampu berbincang dengan saya.

Terima kasih de Baron Martha telah menampung saya di sini, sebagai keluarga.


AyundaSasmi.

BAGIAN BARU DARI STREET POEMS

Jika ditanya apa arti Street Poems buat saya, saya akan menjawab bahwa blog ini adalah bagian dari hidup saya. 2008 lahir, dan tanpa disangka mampu bertahan hingga saat ini. Delapan tahun. Bukan waktu yang sebentar.

Kecintaan saya pada dunia kepenulisan, puisi khususnya, sudah tumbuh sejak saya masih berada di bangku sekolah dasar. Dan mungkin Street Poems-lah, yang merupakan media pertama untuk meneriakkan tulisan-tulisan saya kepada dunia. Sebuah blog yang delapan tahun ini saya kelola sendirian, saya pertahankan sendirian dan saya sebarkan sendirian.

Tapi hari ini, ijinkan saya memperkenalkan anggota keluarga baru dari Street Poems. Seorang wanita yang tulisannya selalu bisa memukau saya. Seorang pemalu yang ide dan imajinasinya selalu luar biasa. Seorang penulis yang tulisan-tulisannya (menurut dia sendiri) berkembang dan terus berkembang bersama Street Poems.

Dan yang paling penting, Street Poems juga telah menjadi sesuatu yang sifatnya personal bagi dia pribadi. Blog ini (bahkan tanpa saya sadari) telah dia anggap sebagai guru dan pemacu baginya untuk terus menulis. Maka dari itulah, saya mengundangnya untuk masuk dan ikut menjadi bagian dari Street Poems. Mengajaknya untuk membagi imajinasi-imajinasinya lewat Street Poems. 

Jadi, untuk hari-hari kedepan, blog ini tak hanya akan berisi tulisan-tulisan dan puisi-puisi saya. Tapi juga karya-karya dari dia.

So, let me introduce the new part of Street Poems; Miss Ayunda Sasmi!



Regrads,
de Baron Martha

29 Maret 2015

LARUNG BILUR

larung bilur
tepi pantai selatan
langgam kidung
anyir persembahan

malam menyalanyala
riuh mantramantra
bethari durga
o, bethari durga

12 Maret 2015

KITA AKAN MATI SEPERTI INI

kita akan mati seperti ini
di hari yang mendung
di musim yang meratapi sepi

tak kau dengarkah rintik hujan peluru?
tak terasakah sekepal rasa rindu
jangan menangis, kataku
jangan lagi kau nadakan pilu
ajal tak sebaik yang nabi-nabi sabdakan
maut tak akan sudi memberikan kesempatan
apalagi kepada kita
yang bernafas dari darah dan perang

lalu kita akan mati seperti ini
di kelelahan yang legam
di kesepian yang menyakitkan

kenapa kau tak bersandar di bahuku?
sekejap saja sebelum waktu genap membeku
sebab seusai ini, mereka tak akan mengenangmu
namamu tak'kan pernah diukir di batu-batu
kita akan terlupakan
selayaknya ketika kita terlahir dulu

dan kita akan mati seperti ini
tak bernama
sirna

DI SUDUT JALAN MENUJU MATAHARI

memar di tepian matamu
mengingatkanku akan jalan menuju rumah
: yang tak pernah kumiliki

11 Februari 2015

TENTANG PENGHAPUSAN FLASH FICTION DAN KOPI FIKSI

Karena beberapa alasan, pada akhirnya saya memutuskan untuk menghilangkan kategori cerita kilat atau flash fiction dari Street Poems. Tapi jika ditanya alasan yang paling utama adalah, saya berfikir bahwa keberadaan flash fiction tidak lagi sesuai dengan konsep Street Poems sendiri. Saya ingin mengembalikan konsentrasi blog ini pada konsep awal, yaitu lebih kepada puisi-puisi "jalanan" yang saya tulis.

Sebagai tindak lanjutnya, seluruh cerita kilat di Street Poems akan saya pindahkan ke blog baru saya, yang berkonsentrasi pada cerita-cerita kilat semata. Kunjungi Kopi Fiksi di alamat www.kopifiksi.blogspot.com untuk membaca beberapa flash fiction tulisan saya, baik yang lama maupun yang baru.

Terimakasih.

18 Januari 2015

MANTRA

aku mengeja namamu sembunyi-sembunyi
agar kau tak mendengar gemanya
agar kau tak luruh sebelum pagi tiba
: agar aku bisa mengecupmu dalam ruang hampa udara

6 Januari 2015

WALTZ HITAM

Kau dan setiap ganjil tidurmu. Tidakkah kau dengar bisikan jahatku? Jangan ragu! Itulah aku! Kemarilah! Hadapi seringaiku!

Kubunuh matahari agar kau tak pernah bercinta dengannya lagi. Lupakan! Tak akan ada lagi harapan yang bisa kau kais! Tak sesisapun.

Akan tiba saatnya. Kau tak akan mampu mencegahnya. Jangan menangis. Tulah telah genap dimantrakan. Dan di detik keenam ratus enam puluh enam, aku akan timpakan kegelapan di aliran
darahmu.

Dengarkanlah, aku adalah takdir, malam, mimpi buruk dan kematian. Aku adalah nada dansa para durjana. Aku adalah minor di sudut lelap umat manusia.