di sebuah pagi,
seekor burung gagak tergeletak mati
di tengah jalan
matanya memar dan nyaris terbakar
kami berkumpul mengelilingi jasadnya
membicarakan kematiannya
menerka-menerka
sambil terus mencari jawabannya
mungkin dia tersesat hingga pagi tiba
mungkin dia terlambat menghindari sang surya
mungkin pendar matahari melukai matanya
membutakannya
bisa saja, pikirku
karena kami tahu takdirnya
sebagai pembawa kabar maut yang dilahirkan oleh legam malam
karena kami mengenalnya
sebagai penyulam dukacita yang bernafas dalam kegelapan
seekor gagak selalu takut akan cahaya
seekor gagak selalu membenci sisi terang dunia
karena dia tahu,
jika dia digariskan sebagai pewarta kematian manusia
maka suatu hari mataharilah yang akan mewartakan kematiannya
kami masih berkumpul mengelilingi jasadnya
membicarakan kematiannya
menerka-nerka
tanpa pernah menemukan jawabannya
hingga satu-persatu dari kami melangkah pergi
meninggalkan jasad seekor burung gagak
yang tergeletak mati ditengah jalan
,di suatu pagi
seekor burung gagak tergeletak mati
di tengah jalan
matanya memar dan nyaris terbakar
kami berkumpul mengelilingi jasadnya
membicarakan kematiannya
menerka-menerka
sambil terus mencari jawabannya
mungkin dia tersesat hingga pagi tiba
mungkin dia terlambat menghindari sang surya
mungkin pendar matahari melukai matanya
membutakannya
bisa saja, pikirku
karena kami tahu takdirnya
sebagai pembawa kabar maut yang dilahirkan oleh legam malam
karena kami mengenalnya
sebagai penyulam dukacita yang bernafas dalam kegelapan
seekor gagak selalu takut akan cahaya
seekor gagak selalu membenci sisi terang dunia
karena dia tahu,
jika dia digariskan sebagai pewarta kematian manusia
maka suatu hari mataharilah yang akan mewartakan kematiannya
kami masih berkumpul mengelilingi jasadnya
membicarakan kematiannya
menerka-nerka
tanpa pernah menemukan jawabannya
hingga satu-persatu dari kami melangkah pergi
meninggalkan jasad seekor burung gagak
yang tergeletak mati ditengah jalan
,di suatu pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar