di kursi kosong di lorong kereta tua
yang melaju menuju senja
aku menulis prosa untukmu,
gadis dengan lengkung senyum nyaris sempurna
namun jangan kau resah,
aku berjanji tak akan pernah membacanya
aku hanya akan menulisnya
lalu meremas kertasnya
dan membuangnya keluar jendela
karena aku tahu,
aku tahu kau lebih suka teracuhkan
kau lebih nyaman terpinggirkan
kau tak pernah suka terkenangkan
prosa ini sepertimu,
gadis dengan sudut mata paling semu
prosa ini sepertimu,
tanpa ragu merenggut rasa
lalu menghilang begitu saja,
tanpa pernah kauijinkan aku meraih tanganmu
tanpa pernah kauperbolehkan aku membakar hatimu
lalu tarian penaku terhenti
aku tak mampu menyelesaikan baris terakhirku
aku termangu,
aku lupa bagaimana mengeja namamu
7 Mei 2013
yang melaju menuju senja
aku menulis prosa untukmu,
gadis dengan lengkung senyum nyaris sempurna
namun jangan kau resah,
aku berjanji tak akan pernah membacanya
aku hanya akan menulisnya
lalu meremas kertasnya
dan membuangnya keluar jendela
karena aku tahu,
aku tahu kau lebih suka teracuhkan
kau lebih nyaman terpinggirkan
kau tak pernah suka terkenangkan
prosa ini sepertimu,
gadis dengan sudut mata paling semu
prosa ini sepertimu,
tanpa ragu merenggut rasa
lalu menghilang begitu saja,
tanpa pernah kauijinkan aku meraih tanganmu
tanpa pernah kauperbolehkan aku membakar hatimu
lalu tarian penaku terhenti
aku tak mampu menyelesaikan baris terakhirku
aku termangu,
aku lupa bagaimana mengeja namamu
7 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar